[Lirik+Terjemahan] Yorushika - Itte. (Katakanlah.) / Say It.





Yorushika - Itte. (Katakanlah.) / Say It.


[Lirik, Lyrics, Lirica, Liedtext, Letra, Paroles, 歌詞, 가사, บทร้อง, лирика]

ROMAJI:

Itte

Ano ne, watashi jitsu wa kidzuiteru no
Hora, kimi ga itta koto

Amari kangaetai to omoenakute
Wasuretetanda kedo

Moumokuteki ni moudoteki ni mousouteki ni ikite
Shoudouteki na shousouteki na shoukyokuteki na mama ja dame dattanda

Kitto, jinsei saigo no hi wo mae ni omou no darou
Zenbu, zenbu iitari nakute oshii kedo
Aa, itsuka jinsei saigo no hi, kimi ga inai koto wo
Motto, motto, motto
Motto, chanto itte

Ano ne, sora ga aoi no tte
Dou yatte tsutaereba iin darou ne
Yoru no kumo ga takai no tte
Dou sureba kimi mo wakarun darou

Itte

Ano ne, watashi jitsu wa wakatteru no
Mou kimi ga itta koto

Ano ne, wakarazuya tte iun darou ne
Wasuretain dakedo

Motto chanto itte yo
Wasurenai you memo ni shite yo
Ashita juuji ni hoomu de machiawase to ka shiyou

Botan wa chitte mo hana da
Natsu ga satte mo tsuibou wa setsu da

Kuchi ni dashite koe ni dashite
Kimi ga itte

Soshite jinsei saigo no hi, kimi ga mieru no nara
Kitto, jinsei saigo no hi mo ai wo utau no darou
Zenbu, zenbu muda janakatta tte iu kara
Aa, itsuka jinsei saigo no hi, kimi ga inai koto ga mada shinjirarenai kedo

Motto, motto, motto, motto
Motto, motto, motto, kimi ga
Motto, motto, motto, motto
Motto, chanto itte

KANJI:

ヨルシカ - 言って。

言って

あのね、私実は気付いてるの
ほら、君がいったこと

あまり考えたいと思えなくて
忘れてたんだけど

盲目的に盲動的に妄想的に生きて
衝動的な焦燥的な消極的なままじゃ駄目だったんだ

きっと、人生最後の日を前に思うのだろう
全部、全部言い足りなくて惜しいけど
あぁ、いつか人生最後の日、君がいないことを
もっと、もっと、もっと
もっと、ちゃんと言って

あのね、空が青いのって
どうやって伝えればいいんだろうね
夜の雲が高いのって
どうすれば君もわかるんだろう

言って

あのね、私実はわかってるの
もう君が逝ったこと

あのね、わからず屋って言うんだろうね
忘れたいんだけど

もっとちゃんと言ってよ
忘れないようメモにしてよ
明日十時にホームで待ち合わせとかしよう

牡丹は散っても花だ
夏が去っても追慕は切だ

口に出して 声に出して
君が言って

そして人生最後の日、君が見えるのなら
きっと、人生最後の日も愛をうたうのだろう
全部、全部無駄じゃなかったって言うから
あぁ、いつか人生最後の日、君がいないことがまだ信じられないけど

もっと、もっと、もっと、もっと
もっと、もっと、もっと、君が
もっと、もっと、もっと、もっと
もっと、ちゃんと言って

INDONESIA:

Katakanlah

Kau tahu, sebenarnya aku sudah menyadarinya
Tentang semua yang kau katakan

Meskipun aku tak terlalu ingin memikirkannya
Aku sudah melupakannya

Hidup secara tak terarah, sembarangan, dan penuh dengan khayalan
Ternyata hidup secara impulsif, penuh kecemasan, dan tak punya motivasi itu tak baik

Kuyakin aku akan memikirkannya sebelum hari terakhir hidupku
Semua hal yang belum sempat terucap itu begitu berharga
Ah, suatu saat di hari terakhir hidupku, kenyataan bahwa kau telah tiada
Lebih, lebih, dan lebih lagi
Katakanlah lebih jelas lagi

Kau tahu, langit yang berwarna biru itu
Bagaimana aku bisa menyampaikannya padamu?
Dan awan di malam hari yang tinggi itu
Bagaimana aku bisa membuatmu memahaminya?

Katakanlah

Kau tahu, sebenarnya aku sudah mengetahuinya
Bahwa kau telah pergi

Kau tahu, mungkin kau menganggapku keras kepala
Tapi aku ingin melupakannya

Katakanlah dengan lebih jelas lagi
Tulislah di catatan agar aku tak melupakannya
Besok mari bertemu di peron stasiun jam sepuluh, atau semacam itu

Peony tetaplah bunga meskipun telah layu
Meskipun musim panas berlalu, kenangannya tetap berharga

Ucapkanlah, nyatakan dengan suara
Biar aku mendengar katamu

Kemudian jika aku bisa melihatmu di hari terakhir hidupku
Kuyakin aku akan tetap menyanyikan lagu di hari terakhir itu
Karena aku akan mengatakan bahwa semuanya tak sia-sia
Ah, suatu saat di hari terakhir hidupku, aku tetap belum bisa percaya bahwa kau telah tiada

Lebih, lebih, lebih, lebih
Lebih, lebih, lebih, dari dirimu
Lebih, lebih, lebih, lebih
Katakanlah lebih jelas lagi

Note:
[1] Lagu ini terinspirasi dari haiku "牡丹散ってうちかさなりぬ二三片" karya Yosa Buson, seorang penyair dan pelukis Jepang dari abad ke-18. Haiku ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu 牡丹散って (botan chitte) yang berarti "bunga peoni berguguran", うちかさなりぬ (uchikasanarinu) yang berarti "saling menumpuk", dan 二三片 (nisanpen) yang berarti "dua atau tiga kelopak". Jika dirangkai secara puitis, maknanya menjadi "bunga peoni yang dulu mekar dengan megah, entah sejak kapan mulai gugur, kini hanya terlihat dua atau tiga kelopak yang jatuh dan saling menumpuk di tanah."
[2] Bunga peoni (牡丹, botan) mekar pada awal musim panas, sekitar awal Mei. Bunga ini dikenal memiliki kelopak besar dengan warna mencolok dan tampilannya yang megah membuatnya dijuluki sebagai "raja dari segala bunga". Dalam budaya Jepang, bunga peoni sering diasosiasikan dengan kemewahan, kekuatan, dan keanggunan yang berumur pendek.
[3] Haiku ini ditulis oleh Buson pada tahun 1769, dan memiliki kigo (penanda musim) "牡丹" yang menunjukkan musim panas. Buson tidak menggambarkan keindahan bunga peoni saat ia mekar, melainkan saat ia telah gugur. Namun, melalui penggambaran kelopak yang menumpuk di tanah, pembaca justru dapat membayangkan kembali kemegahan yang telah lewat, yang menyiratkan keindahan di masa lalu melalui sisa-sisa yang ada di masa sekarang.
[4] Kata "itta" (いった) memiliki makna ganda, yaitu "mengatakan" (言った) dan "tiada" (逝った). Makna ganda ini sengaja dihadirkan dalam lirik, misalnya pada frasa "kimi ga itta koto" yang dapat diartikan sebagai "hal yang kau katakan" atau "kepergianmu".
[5] Pengulangan frasa "motto chanto itte" (もっとちゃんと言って) mencerminkan ketidakmampuan menerima kenyataan akan kematian. Ungkapan ini mengandung harapan emosional agar seseorang sempat menyampaikan perasaan, peringatan, atau keluh kesah secara lebih jelas sebelum ia meninggal. Kata "motto" sendiri menegaskan kedalaman rasa kehilangan yang dirasakan oleh pihak yang ditinggalkan.
[6] Bunga peony dan musim panas dalam lagu ini digunakan sebagai metafora untuk kehilangan dan kerinduan yang takkan sepenuhnya pudar seiring berlalunya waktu. 
[7] Lagu ini menggambarkan perpaduan antara kesedihan, penyesalan, dan penolakan terhadap kenyataan kehilangan.
[8] Tokoh "kamu" dalam lagu ini diceritakan telah meninggal dunia tanpa sempat mengatakan apa pun. Penyebab kematian diduga berupa bunuh diri dengan cara melompat, yang disiratkan melalui beberapa unsur dalam MV dan bagian awal lagu. Tiga detik pertama menampilkan efek suara jatuh, adegan menahan napas, dua tepukan tangan yang menyerupai ritual pemakaman, serta kubus kecil yang melambangkan objek tak bernyawa. Adegan jatuh di bagian pertengahan lagu dan latar seperti atap bangunan atau tangga, memperkuat interpretasi ini.
[9] Kehadiran gurita dalam MV melambangkan tubuh yang tidak lagi bernyawa.
[10] Lirik "langit biru" dan "awan tinggi" menjadi representasi dari perasaan yang tak tersampaikan. Lirik ini menggambarkan banyaknya hal yang ingin diungkapkan, namun tak pernah sempat diungkapkan karena kematian yang datang terlebih dahulu. Lirik semacam ini juga bisa ditemukan pada lagu "Kumo to Yuurei".



5 komentar

Terima kasih atas kunjungan dan dukungannya terhadap kazelyrics. Silahkan berkomentar dengan tetap menjaga etika dan sopan santun ya. Kazelyrics akan menerima setiap komentar dengan senang hati.

Jangan lupa untuk mendukung kazelyrics melalui trakteer juga ya. :)

If you need an English translation of this song, you can comment on this page because I usually don't provide English translations for most songs.

PENCARIAN

Trakteer